Setiap ibu pasti mempunyai cerita tersendiri tentang perjuangannya melahirkan buah hati. Pada postingan kali ini saya juga ingin berbagi cerita tentang perjuangan bertemu dengan sholehah kami. Selama ini saya hanya mendengarkan cerita dari orang-orang bahwa proses melahirkan merupakan salah satu proses menyakitkan sekaligus membahagiakan untuk seorang ibu. Luar biasa sekali ya? bagaimana mungkin terdapat dua hal yang bertentangan dalam satu waktu? sakit sekaligus bahagia. Saya hanya bisa membayangkan dengan imajinasi saya yang terbatas seperti apa ya kira-kira rasanya. Yang jelas seorang teman saya pernah berkata bahwa ketika melahirkan, kita berada pada titik pasrah terendah kepada Allah. Benar-benar menyerahkan segala apa yang akan terjadi kepadaNya.

Saat itu tepat sebulan yang lalu, tanggal 1 Agustus 2014 pukul 03.00 WIB pagi. Saya tiba-tiba terbangun dalam kondisi pakaian basah. Awalnya saya kira (maaf) saya ngompol. Namun setelah dirasakan itu bukan air ompolan. Akhirnya saya membangunkan suami dan ibu. Dari sanakan diketahui bahwa air ketuban saya sudah merembes. Saat itu kondisi saya masih bisa jalan-jalan, masih bisa tertawa-tawa dan air ketubannya juga tidak terus menerus mengalir hingga pada akhirnya ibu memutuskan membawa saya ke bidan terdekat selepas subuh.~Perjuangan Dimulai

Begitu sampai di lokasi bidan, saya mendapatkan pemeriksaan awal dan pemeriksaan dalam. Pada saat itu jam masih menunjukkan pukul 06.00 WIB pagi dan dari keterangan bidan, kondisi saya saat itu baru memasuki bukaan kedua. Bu bidan menjelaskan dari proses pertama kami terasa sampai melahirkan biasanya membutuhkan waktu sektar dua belas jam. Saat itu saya hanya bergumam Masya Allah. Hal ini berarti sekitar jam setengah tiga sore nanti kemungkinan saya baru bisa melahirkan? Waktu yang sangat panjang saya pikir. Bahkan saat itu saya ingin kembali ke rumah sembari menunggu proses selanjutnya, namun bu bidan melarang akhirnya saya menunggu di rumah beliau.

Jam demi jam berlalu. Pukul 10.00 WIB perut saya mulai terasa mulas dan kencang, namun pada saat itu saya masih bisa mencoba untuk menahannya. Saya mengalihkan rasa sakit sembari sesekali berdzikir dan saya mencoba bermain BBM bersama teman-teman saya. Hingga akhirnya saya tidak kuat lagi untuk mengalihkan rasa sakit itu. 4 Jam sejak pemeriksaan awal, tepatnya pukul 10.00 tadi, saya diberi pemeriksaan lanjutan oleh asisten bidan dan betapa hampir putus asanya saya ketika mengetahui dalam waktu 4 jam hanya bertambah 1 cm pembukaan tepatnya masih pembukaan 3. Pikiran saya sudah terbang kemana-kemana. Saya khawatir prosesnya akan memakan waktu lebih lama lagi. πŸ˜₯

Jam terus berputar. Pukul 11.00 WIB dimulailah proses dimana perut kencang-kencang mulai terasa lebih sering. Jika ditanya seperti apa rasanya perut kencang-kencang itu, saya tidak bisa mendeskripsikan secara tepat bagaimana rasanya, satu kata yang pasti, NIKMAT πŸ˜€ Perjuangan sesungguhnya dimulai start pukul 11.00. Saat itu saya mulai merintih kesakitan dan ibu disamping saya hanya bisa mengingatkan saya untuk beristighfar sebanyak-banyaknya dan menyebut asma Allah (saat itu suami saya pergi menjalankan ibadah sholat jumat).

Semakin bertambah siang, rasa sakit itu semakin terasa hingga saya tidak mau melepaskan genggaman tangan saya kepada ibu, entah kenapa genggaman itu seolah menjadi salah satu sumber kekuatan saya untuk menahan rasa sakit itu. Saat itu saya hanya menyebut Allah Rahman, Allah Rahim, Astaghfirullah… karena yang saya ingat hanya kata-kata itu. Berharap Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang memberikan kasih sayangNya untuk mengurangi rasa sakit yang mulai terasa semakin menjadi-jadi.

Pukul 13.00 WIB akhirnya pembukaan saya lengkap dan saya diperbolehkan untuk mengejan. Subhanallah proses untuk mengeluarkan buah hatipun tidak semudah yang saya bayangkan. Saya hampir kehilangan tenaga dan nafas. Saat itu yang menjadi motivasi saya untuk terus bertahan dan berjuang adalah apa yang sudah dilalui selama sembilan bulan mengandung. Suka duka dan perjalanan selama sembilan bulan harus berakhir dengan bahagia. Sudah sejauh ini, tidak ada kata menyerah. Saya harus bisa, saya harus kuat, dan saya harus melihat seperti apa sosok yang selalu menendang-nendang perut saya selama ini. Motivasi terbesar memang berasal dari dalam diri sendiri dan motivasi itulah yang akan menghasilkan kekuatan. Alhamdulillah pukul 13.40 WIB saya mendengar suara tangis bayi dan pada saat itu hilanglah sudah rasa sakit yang saya rasakan. Berganti dengan bahagia dan syukur karena baby sudah berada di luar rahim. Rasa hanya bisa memejamkan mata dan berucap Alhamdulillah…terimakasih ya Allah…

Perjuangan tidak selesai sampai disana karena setelah itu saya harus berhadapan dengan jahitan di perut saya. Bidan bilang rahim saya kurang bagus kontraksinya sehingga lambat menutup setelah melahirkan karena itu membutuhkan jahitan dalam dan jahitan luar. Proses penjahitan berlangsung selama satu jam dan dalam jangka waktu itu, disaat detik-detik terakhir obat bius sudah hampir habis, proses penjahitan belum sepenuhnya selesai hingga saya dapat merasakan seperti apa rasanya senut-senut ketika dijahit karena pengaruh obat biusnya sudah habis. Subhanallah πŸ˜€

Tepat pukul 15.00 WIB saya sudah bisa bertemu dengan buah hati saya dan keluarga saya. Subhanallah rasanya tidak percaya, Allah ciptakan makhluk mungil nan cantik itu di dalam rahim saya, Allah percayakan kami untuk menjaga dan mendidiknya. Ada haru tersendiri yang terselip di sana. Dan saya selalu ingat bahwa tanpa pertolongan dari Allah, maka saya tidak akan bisa mendidik dan menjaga bayi mungil tersebut dan dengan izin dan pertolonganNya lah saya bisa menjalankan tugas tersebut. Oleh karena itu jangan lupa untuk selalu meminta pertolonganNya.

~Kondisi di luar ruangan

Perjuangan saya di dalam ruangan ternyata tidak setegang mereka orang-orang terkasih yang berada dan harap-harap cemas di luar ruangan. Pada saat bidan bekerja memang tidak memperbolehkan seorangpun selain asistennya untuk berada di dalam ruang bersalin. Mungkin agar lebih konsentrasi bu bidan dalam menjalankan tugasnya. Akhirnya selama proses mengejan sampai bayi lahir, saya berada seorang diri di dalam ruang bersalin. Saya mendengar pengakuan dari suami saya bahwa beliau tidak kuat mendengar saya berteriak-teriak ketika melahirkan (Saya sendiri tidak ingat sekencang itukah suara saya sampai membuatnya tidak tega? perasaan saya hanya merintih deh :-p) Akhirnya suami saya memutuskan untuk pergi sedikit menjauh dari ruang bersalin.

Ada satu cerita yang membuat saya terharu, Adik saya saat itu berdoa “Ya Allah jangan kau ambil kakakku sekarang setelah kau panggil ayahku kembali beberapa waktu lalu.” Hiks terharu dengernya πŸ˜₯ dan begitu suara tangisan bayi pecah, ibu langsung sujud syukur di ruangan itu.

Alhamdulillah well come to the world my sholehah. Putri pertama kami lahir pada tanggal 1 agustus 2014 bertepatan dengan hari jumat yang penuh berkah insya Allah dengan berat badan 3 kg dan panjang 48 cm. Dia kami beri nama Adzkiya Choirunnisa Mukhtar dengan harapan dia menjadi sebaik-baik perempuan yang cerdas dan terpilih amiin :-*