Pertama kali saya membaca judul buku ini, ekspekasi saya adalah buku ini akan membuat saya terharu biru ketika membacanya. Saya mencoba menebak isi ceritanya. Tebakan saya terhadap isi buku ini adalah tentang keterlambatan beberapa orang anak mengenai arti pentingnya seorang ayah. Mereka baru menyadari betapa berharganya seorang ayah ketika mereka sudah kehilangan sosok tersebut.
Namun ternyata tebakan saya tidak tepat. Buku ini justru berkisah sebaliknya. Tentang sebuah keluarga yang sangat beruntung memiliki seorang ayah yang luar biasa sekalipun jasadnya sudah lama meninggalkan mereka namun perhatian dan pesan-pesan sang ayah selalu terpatri di dalam diri anak-anaknya.
Cerita ini dimulai dari vonis kanker yang diderita sang ayah tidak akan membuatnya bertahan lama di dunia. Dokter memberi perkiraan jatah hidup sang ayah hanya satu tahun. Sejak saat itu sang ayah selalu membuat rekaman video-video berupa nasihat yang dibutuhkan oleh anak-anaknya ketika mereka beranjak besar nanti. Jadi walaupun tidak bisa menyertai anak-anaknya tumbuh,namun pesan sang ayah selalu ada disaat anak-anaknya membutuhkan sebuah arahan.
Tokoh utama dalam buku ini adalah sebuag keluarga, ibu Itje, Satya, dan adiknya Cakra. Masing-masing karakter mempunyai permasalahan sendiri. Ibu Itje diceritakab harus berjuang melawan kanker payudara yang di deritanya.
Semenara Satya sebagai anak pertama menghadapi sebuah masalah untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Satya yang diceritakan sudah berkeluarga selalu membuat abak dan istrinya terekan sehinga pada sebuah puncak permasalahan, Saya menyadari kekeliruannya bahwa selama ini dia menjadi kepala rumah tangga yang otoriter dan pemarah. Maka sejak saat itu Satya berjuang memperbaiki diri dan keluarganya.
Tokoh ketiga adalah si bungsu Cakra yang diceritakan mempunyai paras tidak terlalu tampan dan sudah menjomblo sekian tahun lamanya. Masalah yang dihadapi Cakra adalah perjuangannya dalam mencari jodoh. Dia sangat tertarik dengan seorang karyawati di kantornya namun dalam mendapatkan cintanya, Cakra harus dihadapkan dengan seorang yang jauh lebih menarik dari dirinya. Hingga akhirnya Cakra nekat menyatakan cintanya.
Disaat menunggu jawaban dari Ayu (karyawati yang ditaksir Cakra) ibu Itje menjodohkannya dengan seorang anak sahabatnya.
Akankah Ibu Itje berhasil selamat dari kanker yang di deritanya? Bagaimana Satya berjuang menumbuhkan kembali keharmonisan dalam keluarganya? Serta siapakah yang akan menjadi jodoh Cakra? Silahkan baca buku ini.
Mengenai alur cerita, sebelum membaca buku ini saya menduga alurnya akan mempermainkan perasaan. Namun ternyata alurnya ceritanya lebih cenderung datar dan haru biru yang saya ekspektasikan tidak tercipta sama sekali.
Secara keseluruhan buku ini mengandung banyak sekali nasihat orang tua untuk anak-anaknya agar mereka tumbuh menjadi anak yang berguna, mandiri dan yang paling penting menjadi pribadi yang tidak menyusahkan orang lain. Untuk calon ayah dan ibu, atau untuk orang-orang yang akan segera menyempurnakan separuh agamanya, buku ini sangat tepat dibaca karena di dalamnya juga terdapat nasihat bagaimana caranya merencanakan sebuah rumah tangga.
Informasi lengkap
Judul Buku : Sabtu Bersama Bapak
Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit: Gagas Media
Tebal hal: 277 halaman